Perawatan Penderita Gagal Ginjal

Perawatan Penderita Gagal Ginjal

Penyakit ginjal tidak dapat disembuhkan. Perawatan difokuskan untuk meredakan gejala, mencegah kemungkinan komplikasi, serta menghambat perkembangan penyakit gagal ginjal kronis menjadi lebih parah. Langkah penanganan yang bisa dilakukan dokter adalah dengan pemberian obat. Tujuan tindakan ini adalah untuk mengendalikan penyakit yang menyertai kondisi ginjal, sehingga penurunan fungsi ginjal tidak bertambah buruk. Obat yang diberikan antara lain:

  • Obat hipertensi. Tekanan darah tinggi dapat menurunkan fungsi ginjal dan mengubah komposisi elektrolit dalam tubuh. Bagi penderita GGK yang juga disertai hipertensi, dokter dapat memberikan obat ACE inhibitor atau ARB.
  • Suplemen untuk anemia. Untuk mengatasi anemia pada penderita GGK adalah suntikan hormon eritropoietin yang terkadang ditambah suplemen besi.
  • Obat diuretik. Obat ini dapat mengurangi penumpukan cairan pada bagian tubuh, seperti tungkai. Contoh obat ini adalah furosemide. Efek samping yang mungkin ditimbulkan adalah dehidrasi serta penurunan kadar kalium dan natrium dalam darah.
  • Suplemen kalsium dan vitamin D. Kedua suplemen ini diberikan untuk mencegah kondisi tulang yang melemah dan berisiko mengalami patah tulang.
  • Obat kortikosteroid. Obat ini diberikan untuk penderita GGK karena penyakit glomerulonefritis atau peradangan unit penyaringan dalam ginjal.

Di samping pemberian obat, penderita gagal ginjal kronis juga disarankan untuk melakukan perubahan pola hidup yang meliputi:

  • Menjalankan pola makan yang sehat dan seimbang dengan mengurangi konsumsi garam, serta membatasi asupan protein dan kalium dari makanan untuk meringankan kerja ginjal. Makanan dengan kadar kalium tinggi, di antaranya adalah pisang, jeruk, kentang, bayam, dan tomat. Sedangkan  makanan dengan kadar kalium rendah, antara lain adalah apel, kol, wortel, buncis, anggur, dan stroberi. Selain itu, batasi juga konsumsi minuman beralkohol.
  • Berolahraga secara teratur, setidaknya 150 menit dalam seminggu.
  • Menurunkan berat badan jika berat badan berlebih atau obesitas.
  • Tidak mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang dapat menyebabkan gangguan pada ginjal.
  • Menerima vaksinasi karena GGK membuat tubuh rentan terserang infeksi. Contohnya adalah vaksinasi flu dan dan pneumonia.
  • Berkonsultasi dan senantiasa mengamati kondisi kesehatan dengan memeriksakan diri ke dokter secara teratur.

Sementara untuk penderita gagal ginjal kronis tahap akhir atau berada pada stadium 5, maka penanganan yang dapat dilakukan mengganti tugas ginjal dalam tubuh dengan terapi pengganti ginjal, yang terdiri dari:

  • Dialisis atau penyaringan limbah serta cairan dalam tubuh dengan mesin atau memanfaatkan rongga perut. Dialisis yang dilakukan dengan mesin disebut hemodialisis atau yang dikenal dengan cuci darah. Sedangkan dialisis yang dilakukan dalam rongga perut dengan menggunakan cairan dialisis untuk menyerap cairan atau limbah yang berlebih disebut continuous ambulatory peritoneal dialysis atau CAPD.
  • Tranplantasi ginjal. Untuk prosedur transplantasi ginjal, ginjal penderita diganti dengan ginjal sehat yang didapat dari donor. Penderita GGK bisa lepas dari cuci darah seumur hidup pasca transplantasi. Namun, untuk menghindari risiko penolakan organ cangkok, pasien perlu mengonsumsi obat imunosupresif untuk jangka panjang.

Selama penanganan dilakukan, penderita GGK perlu melakukan pemeriksaan secara rutin agar kondisi penderita senantiasa terpantau.

Komplikasi Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronis dapat memengaruhi hampir seluruh anggota tubuh. Komplikasi yang dapat ditimbulkan, antara lain:

  • Hiperkalemia atau kenaikan kadar kalium yang tinggi dalam darah sehingga mengganggu fungsi jantung.
  • Penyakit jantung dan pembuluh darah.
  • Anemia.
  • Kerusakan sistem saraf pusat, sehingga sulit berkonsentrasi dan menimbulkan kejang.
  • Penurunan imunitas tubuh, sehingga rentan terserang infeksi,
  • Perikarditis atau peradangan pada perikardium, yaitu lapisan yang menyelimuti jantung.
  • Tulang menjadi lemah, sehingga rentan terjadi patah tulang.
  • Penumpukan cairan pada bagian tubuh (edema), termasuk yang paling berbahaya di paru-paru atau disebut edema paru.
  • Disfungsi ereksi atau kesuburan dapat menurun.

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *